Rabu, 08 September 2010

Adjie Suradji dan Susno Duadji; Kombes dan Kolonel ‘Djie’ !?

Disebutkan, setiap presiden telah berhasil membawa perubahan sendiri-sendiri. Sayangnya hingga era SBY ada hal buruk yang tampaknya belum berubah, yaitu perilaku korup para elit negeri. Demikian kutipan tulisan, Kolonel (Pnb) Adjie Suradji, di harian Kompas yang menggegerkan negeri, sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhotono (SBY) gerah dan menjawab kritikan tersebut sambil mengingatkan, bahwa sumpah prajurit TNI tidak memberi ruang untuk mengkritik atasan.
Presiden SBY benar, dalam kerangka kesetiaan parajurit TNI terhadap sumpahnya. Sumpah Prajurit, point ke (3) jelas mengaturnya: Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. Seperti halnya dalam Sapta Marga TNI Point ke (5): Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit. Pertanyaannya, apakah ada perintah atau putusan yang dilanggar Kolonel Adjie. Ataukah apakah kritiknya menurunkan citra kehormatan prajurit ? Patut dikaji.
Mari kita melihat apa yang di opini-kan Kolonel penerbang ini. Akankah korupsi jadi warisan abadi? Saatnya SBY menjawab. Slogan yang diusung dalam kampanye politik isu ‘Bersama Kita Bisa’ (2004) dan ‘Lanjutkan’ (2009), seharusnya bisa diimplementasikan secara proporsional,” tulis Adjie. Adakah yang salah dengan kritik ini ?, bagi kritikus yang adalah bukan TNI, hal ini tidaklah menjadi masalah, malahan ini koreksi terhadap pemerintahan, yang memang dalam realitasnya, seperti demikian yang ditulis Adjie. Banyak yang mendukung, tetapi pula elite politik dibuat ketar ketir, terutama pihak pendukung SBY semisal Partai Demokrat yang menyerang Adjie sepagai prajurit amatiran.
Korps TNI AU telah memberi penjelasan resmi terkait persoalan yang tengah membelit Kolonel Penerbang Adjie Suradji DISINI. Kadispen TNI AU Marsma TNI Bambang Samoedro di Jakarta, Selasa (7/9/2010), telah menegaskan bahwa, “TNI AU memegang teguh UU No 34 tahun 2005 tentang TNI, khususnya pasal 2 yang memuat tentang jati diri, di mana salah satu klausulnya menyatakan bahwa TNI dilarang berpolitik praktis,” ungkapnya. Entah, ini adalah bahagian dari politik praktis atau tidak, Kolonel Adjie akan menjawabnya di pengadilan militer nanti.
Lalu bagaimana dengan Kombes Pol. Susno Duadji. Tentu kita masih ingat Kasus yang membelitnya. Mulai dari perseteruan ‘cicak’ dan ‘buaya’, kesaksiannya yang meringankan Mantan Ketua KPK Antasari Ashar, bukunya yang mengkritik institusi Polri, sampai ia terjerat serentetan kasus karena membongkar kasus mafia pajak di lingkaran institusi Polri. Sama dengan Adjie, Iapun didera karena melanggar kode etik kepolisian. Walau tendangan bolanya, sudah tidak lagi sepanas Adjie Suradjie, tetapi Kombes kritis ini banyak mendapat dukungan, setelah sebelumnya dicelah karena kasus cicak-buaya. Kini, Susno masih mendekam di tahanan, walau Lembaga Penjamin Saksi telah menjaminnya.
Kompes Pol. Susno Duadji
Kompes Pol. Susno Duadji
Adakah kesamaan diantara keduanya. Selain akhiran namanya mirip-mirip ‘DJIE’ atau ‘DUA’ mirip merek rokok, Djie Sam Soe yang berarti 234 dalam bahasa Hokkian, yang bila dijumlahkan menjadi angka 9 yang dalam mitos adalah angka keberuntungan. Angka 9 ini juga bertepatan dengan angka ulang tahun Presiden SBY dan Bulan kematian Aktifis HAM Munir. Sebenarnya angka 9 ini tidak ada hubungannya, hanya iseng-iseng saja membuka Wikipedia. Namun yang pasti Kolonel dan Kombes “Djie” ini sama, ditendang balik oleh institusinya dengan kasus masa lalu yang dituduhkan menjeratnya.
Kolonel Adjie yang bertugas dibagian koperasi Mabes TNI juga disebutkan jarang masuk kerja. Dia hanya datang waktu mengambil gaji. Sama dengan Susno yang pernah dituduh demikian setelah menjadi mantan Kabareskrim Mabes Polri. Status Adjie bahkan sudah terdakwa. “Saat ini yang bersangkutan tengah menghadapi dakwaan terkait tindak pidana korupsi dan dalam proses hukum,” ujar Kadispen TNI AU Marsma TNI Bambang Samoedro di Jakarta, Selasa (7/9/2010).
Nah, Susno juga kita tahu demikian. Awalnya Kombes yang telah banyak menyita perhatian public ini awalnya dituduh melanggar kode etik, setelah itu disinyalemen terlibat kasus Pilkada Jawa Barat, dimana dia pernah menjadi Kapolda. Setelah membongkar mafia Pajak, diapun terdakwa dalam kasus yang berhubungan pajak pula, yakni dalam kasus Salwa Arowana Lestari, yang kini sudah P21. Hal ini tidak hanya kesamaan (kemiripan) nama, tetapi juga jurus serangan balik terhadapnya.
Kini publik menanti, apakah Kombes dan Kolonel Djie ini sebagai ‘penghianat’ institusi, biang masalah, peniup peluit, ataukah pahlawan. Sebagai rakyat biasa, saya harus mengakui bahwa apa yang diungkapkan tentara dan polisi kontroversial ini, telah mewakili perasaan saya. Tidak peduli, kode etik apapun yang dilanggarnya. Dan pula (sementara) tidak peduli dengan kasus yang dituduhkan kepadanya. Entah, nanti ada yang membuatku peduli, bahwa semua ini hanyalah bagian dari dagelan.
———————————————-
Sumber Gambar: Disini dan Disini
Sumber Berita:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar